Nastar mulanya adalah kuliner khas dari Negara Belanda, menyebar ke Indonesia setelah Belanda menjajah Indonesia ratusan tahun silam. Nastar merupakan kata serapan dari bahasa Belanda yaitu nastaart, gabungan dari kata ananas yang berarti nanas dan taart yang berarti kue/pie.Nastar biasanya dihidangkan saat perayaan hari besar keagamaan seperti Hari Lebaran, Natal, dan Imlek.
Ketika Belanda menjajah Indonesia, mereka memperkenalkan nastar kepada masyarakat pribumi. Saat pertama kali dari Negara Belanda, nastar masih berupa kue atau pie dengan isian bluberi atau apel. Namun karena saat masa penjajahan saat itu masih sangat sulit menemukan buah-buahan tersebut maka dipihlah nanas sebagai penggantinya karena di Negara Indonesia buah nanas sangat banyak dan mudah untuk memperolehnya serta harganya pun relatif murah.
Nastar sama seperti kue kering lainnya, nastar dibuat dari tepung terigu, telur, margarine, susu dan bahan-bahan kue lainnya. Isian nastar biasanya adalah selai buah nanas, namun seiring dengan perkembangan zaman muncul berbagai variasi isian seperti selai stroberi atau selai bluberi. Di Negara Indonesia siapa yang tak kenal dengan nastar, dari Anak- anak sampai yang Orang Tua, baik laki-laki maupun perempuan pasti kenal dan akrab dengan kue kering yang namanya nastar, karena memiliki citarasa yang lezat dan selai nanas yang menyegarkan.
Terkait dengan kue Nastar ini Pengadilan Negeri Tanjungkarang menjadikan kue ini sebagai medium penyemangat sekaligus pengingat bagi Balakarang (Sapaan akrab untuk seluruh jajaran aparatur PN Tanjungkarang). Dalam rangka menjawab tantangan perubahan menuju Peradilan yang bersih dan modern yang berbasiskan teknologi, Ketua Pengadilan Negeri Tanjungkarang Kelas IA Syamsul Arief meyuguhkan kue Nastar ini untuk kepada para Panitera Pengganti, JS/JSP dan aparatur administratif justru yang melakukan kesalahan karena ditemukan adanya MIS dan ketidak lengkapan dalam penyelesaian pekerjaan.
Ketua PN Tanjungkarang periode ini nampaknya bukan jenis Ketua Pengadilan yang hanya menuntut perkerjaan kepada anak buahnya dengan hasil baik. "Pokoknya, saya gak mau tahu, pekerjaan harus beres jangan ada salah!". Syamsul bukan jenis pimpinan seperti ini. Tapi Syamsul mengerti detail setiap pekerjaan yang salah dan MIS ini. Dia memahami seluruh teknis dan tahapan pekerjaan kepaniteraan, kejurusitaan, persidangan, keuangan, administratif lainnya bahkan sampai urusan tata ruang, teknik pengambilan sudut fofo dan video, dia juga cukup menguasai. Sehingga jika ada rekan-rekan PP, JS/JSP atau administator yang dipanggilnya untuk mencicipi Nastar dan ngopi diruangannya sudah pasti orang itu mendapat pengetahuan atas kesalahannya, teknis memperbaiki dan teknik mengantispasinya.
Syamsul tahu benar cara menghabiskan kue Nastar yang banyak sekali diruang kerjanya pasca lemaran itu agar tidak kadaluarsa untuk dikonsumsi. Kami mendapatkan banyak manfaat dengan metodenya menyuguhkan nastar dan kopi ini. Setidaknya dalam beberapa bulan sejak beliau datang ke PN Tanjungkarang ada peningkatan yang pesat pada raihan poin penyelesaian perkara dan penginputan data pada SIPP. Saya tidak terkejut jika PN Tanjungkarang bisa meraih poin tetinggi karena saya dengar sewaktu ia menjadi Ketua PN Gunung Sugih, dia membawa Pengadilan Negeri Kelas II di Kabupaten Lampung Tengah itu Juara SIPP se-Indonesia. Tapi baru ini saya merasakan langsung cara kerjanya dalam menghimpun dan menyemangati kami. Berikut penilaian saya atas caranya menggunakan kue Nastar dan Kopi sebagai medium pemersatu.
Pertama, Syamsul tetap membangun komunikasi dengan anak buahnya dengan cara yang akrab, milenial elegan. Komunikasi yang ditawarkan tidak dalam level atasan dan bawahan. Saya menilai agak jarang Ketua Pengadilan yang mengunakan cara berkomunikasi sepertinya. Dia menempatkan bawahananya sebagai teman. Dalam konteks budaya sebenarnya pendekatan yang ia gunakan bisa berbahaya. Karena terkadang ada bawahan-bawahan tertentu menghadapi atasan egaliter seperti ini jadi agak kurang ajar. Orang seperti ini bisa muncul karena biasanya gak mikir sehingga agak kurang adab. Tidak bisa lihat pimpinan berpembawaan akrab sedikit lalu bawahan minjem duit. Atau karena atasan terlihat akrab lalu bawahan keluar kantor semaunya tanpa alasan dinas yang jelas. Ada kok orang begini. Mungkin bawahan gini gak mikir kalau atasan sesungguhnya memantau dan merekam. Sekali lagi cara berkomunikasi Syamsul sebaiknya tetap begini ya pak karena memang efeknya menumbuhkan keakraban dan kecintaan kami pada pimpinan. Setidaknya saya, terserah kalau kamu.
Kedua, kami yang dipanggil makan Nastar sesungguhnya merasa malu karena kami salah kok dikasih kue nastar, disuguhkan kopi enak pula. Syamsul ini peminum kopi terbaik asal seluruh daerah penghasil kopi robusta dan arabika nomor wahid di Indonesia. Jadi kopi yang disuguhkannya memiliki cita rasa pasti enak. Tapi ya tetap perasaan kami tidak enak pak, meski di lidah nastar jumpalitan dan kopi pahit sedap masuk tenggorokan. Lalu yang bikin iri justru kami-kami yang tidak melakukan kesalahan (MIS) dalam penyelesaian pekerjaan. Kok cuma dengar dan lihat saja kawan-kawan itu makan nastar enak dan minum kopi sedap diruang pak ketua. Itu sebabnya saya protes, "Pak saya juga mau nastar dan kopi enak", protes saya waktu itu. Alhamdulillah diundang pula kami makan nastar dan kopi. Gegara makan Nastar ini efeknya tumbuh solidaritas di hati kami balakarang untuk saling menguatkan dan mengingatkan sesama rekan tentang penyelesaian pekerjaan kami. Efeknya adalah solidaritas sesama rekan akan pentingnya tujuan-tujuan organisasi.
Ketiga, efek Nastar ini jika disuguhkan di pagi hari menjadi media buat kami pindah sarapan. Sebelumnya kami sarapan di Kantin Joko sebelah kantor berbayar lima ribu rupiah plus gorengan tapi di panggil pak Ketua kami makan Nastar plus Kopi dan sering juga disuguhkan Lupis Ketan secara gratis menjadikan alternatif yang ekonomis. Jika Nastar di suguhkan pada sore hari memberi efek semacam pengenduran urat syaraf usai lelah kami bersidang dalam ruangan.
Minum kopi dan melahap kue nastar di ruang Ketua PN Tanjungkarang bisa menikmati panoramanya alam yang indah sekali. Dari ruang kerja beliau kami bisa menikmati senja jatuh di laut Teluk Lampung ditingkahi gugusan Tanjung Pegunungan Pesawaran yang indah tiada banding. Meneguk kopi panas tanpa gula dan nastar lezat gratis itu semacam healing buat psikologi kami. Jika kami berada diruang pak ketua selama satu jam saja kami juga memperoleh banyak sekali pengetahuan. Syamsul paham soal administrasi penyelesaian perkara, SIPP, MIS, administrasi Keuangan Perkara serta tanya jawab soal hukum materil dan formil. Lebih dari itu Ketua kami adalah kawan yang asik untuk diajak ngobrol musik, film, sepakbola, lari, sepedaan, berenang, laut, gunung, pohon, bercocok tanam, cara pengolahan kopi pasca produksi hingga arsitektur taman dan bangunan.
Saya menulis ini tentu tidak bermaksud memuji untuk bermaksud meraih simpatinya atau bermaksud "mengolah" pimpinan kami ini. Saya hanya mereview sama halnya seperti menulis resensi film atau memberikan reaksi atas musik yang saya dengar atau semacam mengomentari hasil pertandingan sepakbola. Saya berani menulis ini karena memang Ketua kami sendiri yang menyuruh kami menulis untuk di muat di website PN Tanjungkarang milik kami. Menulislah apa saja, agar berefleksi, begitu katanya.
Nastar Pengadilan Negeri Tanjungkarang Kelas IA, memang bikin takjub, begitu dikonsumsi langsung menimbulkan efek meningkatkan semangat kerja dan kecerdasan dalam berfikir. Nastar Pengadilan Negeri Tanjungkarang adalah KUE AJAIB yang disuguhkan untuk merebut dan merawat momentum dalam rangka menuju peradilan yang bersih dan modern yang berbasiskan teknologi.
Selamat mencoba dan menikmati Nastar Pengadilan Negeri Tanjungkarang Kelas IA. Salam Balakarang.., sadis, cadas, luar biasa????
Ajow Yamin Iseep
PP PN Tanjungkarang